Sebuah
tradisi yang unik telah mendarah daging di Banjar Kaja Sesetan . Omed – omedan
. Bila perayaan Nyepi telah usai, kesesokan harinya kita dapat melihat tradisi
satu – satunya di dunia. Bertepatan pada perayaan Ngembak Geni, warga Br. Kaja
Sesetan, khusunya truna – truninya menggelar perhelatan berpelukan masal,
tepatnya tengah jalan raya depan bale banjar. Dalam Kamus Bali-Indonesia,
omed-omedan berarti tarik-menarik. Tradisi ini berlangsung setiap tahun, di
mualai sejak abad ke- yang berasal dari Puri Oka Sesetan. Pemuda-pemudi mulai
dari umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa tetapi
belum menikah. Prosesi omed-omedan dimulai dengan persembahyangan bersama
antarpeserta omed-omedan di pura banjar untuk memohon keselamatan dan kelancaran
selama berlangsungnya acara. Seusai sembahyang, peserta dibagi 2 kelompok, pria
dan wanita. Sekitar 50 pemuda berhadapan dengan 50 pemudi. Setelah ada aba-aba
dari para sesepuh desa, kedua kelompok saling bertemu satu sama lain dan
peserta terdepan saling berpelukan, tetapi tak jarang tampak berciuman di depan
ribuan penonton yang memadati sekitar lokasi omed-omedan. Prosesi tersebut
dilakukan secara bergantian dan setiap peserta pria ataupun wanita menunjuk
salah seorang rekan mereka untuk beradu ciuman di barisan terdepan.
I Gusti Oka Putra atau akrab disapa Ngurah Bima, selaku mantan
bendesa adat mempertegas bahwa tradisi ini bukan bercium-ciuman, sejatinya
adalah berpeluk – pelukan antara pemuda pemudi yang dimana bertujuan untuk
meningkatkan silaturahmi. Bilamana didalam pelaksanaannya tidak sengaja terjadi
demikian, itu sahsah saja. Karena, ajang bersilahturahmi tidak hanya dengan
bersalaman, menyapa, melainkan dapat dengan berpelukan.
bilamana tradisi ini ditiadakan, kemungkinan besar terjadi beberapa kejanggalan. Seperti beberpa tahun lalu. “ Lakukanlah dengan benar, tanpa mencoreng makna dari tradisi ini, tidak berdasarkan nafsu atau minum – minuman keras, karena pada saat ini Omed – omedan telah mendapat bantuan dari pemerintah, dan dimeriahkan oleh stand – stand, bintang tamu, serta tentunya antusias masyrakat, menyaksikan event unik ini.” Tutur Ngurah Bima menyampaikan pesannya.
bilamana tradisi ini ditiadakan, kemungkinan besar terjadi beberapa kejanggalan. Seperti beberpa tahun lalu. “ Lakukanlah dengan benar, tanpa mencoreng makna dari tradisi ini, tidak berdasarkan nafsu atau minum – minuman keras, karena pada saat ini Omed – omedan telah mendapat bantuan dari pemerintah, dan dimeriahkan oleh stand – stand, bintang tamu, serta tentunya antusias masyrakat, menyaksikan event unik ini.” Tutur Ngurah Bima menyampaikan pesannya.