Dunia
teater acap kali digemari oleh para yowana,
terlebih lagi komunitas teater baik dalam maupun luar sekolah. Terbukti dengan maraknya teater-teater yang
mengikuti berbagai kegiatan lomba seperti, musikalisasi puisi, baca puisi,
dekalamasi puisi, dramatisasi, drama modern, dan lain sabagainya. Sebagai pecinta teater, ataupun film,
tentunya tidak asing lagi dengan figur Lidia Djunita Pamontjak atau lebih akrab
disapa Jajang C. Noer . Istri dari seniman tanah air, Alm. Arifin C. Noer ini, kerap kerap kali menghiasi layar lebar dan
menyutradarai film . Beliau memang sosok yang cukup piawai dalam berlakon baik
di atas pentas maupun di depan kamera. Berbagai penghargaan sudah mampu diraih,
dalam lingkup nasional maupun internasional. Bahkan Jajang tak jarang menjadi
juri film internasional, dan drama nasional.
Ketertarikannya dalam bidang ini bermula sejak
Jajang senang menyaksikan pementasan teater. Aktifitas ini ternyata sudah mulai
ditekuni Jajang sejak ia menuntut ilmu di Universitas Indonesi. Pada saat itu,
ia bergabung dengan sanggar teater yang kebetulan dipimpin oleh Arifin C.Noer.
Kesuksesannya saat ini tentu berkat usaha dan prinsip ketulusan hati yang
selalu dijungjung tinggi.
Ditemui pada acara ETEC (Equilibrium Theater
Competition) Kamis, 1 Desember, bertempat di Gudung Wanita Karya Graha. Setelah
usai menjadi juri , Jajang mengutarakan pandangannya terhadap teater saat ini,
terutama teater sekolah di Bali “Jika ditinjau dari segi teater modern, masih jauh dari sempurna,
karena masih asal, atau sekedar ditampilkan. Dari segi vokal , penghayatan yang
kurang, itu terjadi akibat kurangnya pemahaman konsep pemain pada drama itu
sendiri.” Tutur wanita kelahiran Paris, 28 Juni 1992 . Jajang juga menambahkan,
bila ingin menyuguhkan pementasan yang berbobot dan berkualitas hendaknya
dimualai dari ketulusan dan cinta kasih.
“Penggarapan yang benar, dimulai dari rasa, harus ada penekanan terhadap
amanat yang ingin disampaikan dalam naskah drama tersebut. Perasaan yang tulus,
dan penghayatan dari hati, dengan akal yang logis, dapat menumbuhkan kualitas
pementasan itu sendiri. Janganlah asal, atau sembarangan. Segala sesuatu harus
dilakukang dengan sungguh-sungguh. Lakukanlah,lakukanlah!” Pesan pemenang Festifal
Film Indonesia (FFI) 1992 dalam katagori Aktris Pendukung Terbaik ini,
sekalligus menutup perbincangan.(WDS)