Sabtu, 12 November 2011

HUJAN

Kerap kali ku meronggoh mata menatapi keanggunan rintik hujan yang berlakon dipanggung udara, turun hingga merempeti setiap jalur yang terbagi . Aku hanyalah serbuk kopi yang pahit tanpa manis merasuki nya. Ku menatapi sajak hujan diterpaan angin. Aku merindukan yang dulu. Kala hujan menghempaskan mimpiku menuju yang fana. Terpesona ku merengkuh nyawa. Karena aku terbuai mimpi. Mimpi menjadi butiran gula tanpa garam. Menggenggam manis tanpa setetes asam. Namun tiadalah mimpi yang tercapai. Hujan kini hanya mampu melunturkan mimpi dahulu. Seperti halnya jiwa yang terusik. Begitulah Serbukku teradukdalam panasnya air kehidupan. Ironis..

Ku berharap hujan tetap bersanding dengan gelegar guntur. Menandakan keanggkuhan semesta yang kerap memperingati manusianya untuk terus mensyukuri karunia-Nya. Keterpurukan ini layak di bakar kilat petir lalu ditumbuk banjir bandang . Aku lelah menjadi serbuk menatapi hujan yang riang berjatuhan dari langit surga. Bawalah aku menerepa gelap malam. Bawalah aku, terbangkanlah buih buih ku untuk menjungjung mimpi ku.. sebarkanlah serbuk pahit ini, agar tak tersisa penyesalan esok.. biarkan aku tiada.. hujan,, bawalah anganku menuju keanggkuhan mu...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar