Minggu, 22 Januari 2012

Seratus lontaran tersemat


Cahaya pagi, sejukan harapan kebersamaan yang beranaung di tiang-tiang mimpi
Berpeluh kesah, menimba tanpa tanda
Aku bagaikan segelintir jiwa yang merenung di pendakian hati
Aku masih ingin menyapa malam
Ketika hujan menghentam gemuruh
Aku tersadar, entah sampai kapan aku begini
Menunggu sinar yang luput kabut
Antara bangku dan bangku serta antara dia – dirinya
Sampai akhirnya mata ku lelah, hati mati

Jogja, 11 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar