“Biarkan aku tersandung dalam
bulan, bergelut mesra pada malam,
berdesah malu dengan peluk
dingin. Katakanlah aku penakluk malam”
Air
jernih sayup tercemar dialiran hidupnya
Tiada
kata setia, sakit, tersakiti, atau tangis
Hasrat
jiwa sesat terpuas nafsu birahi
Menyerongkan
fana dalam sepercik gerak
Si Belang merayap datang
Mengibas ekornya terjingkat rupa
sang ratu
Hamburkan kertas merah, layangkan
gombal jamahlah malam
Dosakah
ia? kerja hiburan bak artis horor ?
Mengabdikan
seluruh jiwa raga demi orang ‘miskin’ ?
Tergelatak
mengorbankan seluruh keindahan, dalam nikmat
Siapa salah? Ataukah tiada benar?
Derajat anjing kintamani tak
ibasnya seekor belang
Lalu derajat siapakah yang mati?
Penikmat? Ataukah Sang Ratu
Malam?
Baik
makna, robek hati menyerutu diasapnya-
“Aku
hanyalah kepulan asap, sesaat sesat sesaat indah, akulah pemberi sedekah kepada
fakir miskin berdasi dan jas hitam itu, belang ekornya aku rawat dengan
sentuhan obat pemanas”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar