Sabtu, 11 Februari 2012

Ratu Malam


“Biarkan aku tersandung dalam bulan, bergelut mesra pada malam,
berdesah malu dengan peluk dingin. Katakanlah aku penakluk malam”

            Air jernih sayup tercemar dialiran hidupnya
            Tiada kata setia, sakit, tersakiti, atau tangis
            Hasrat jiwa sesat terpuas nafsu birahi
            Menyerongkan fana dalam sepercik gerak
Si Belang merayap datang
Mengibas ekornya terjingkat rupa sang ratu
Hamburkan kertas merah, layangkan gombal jamahlah malam
            Dosakah ia?  kerja hiburan bak artis horor ?
            Mengabdikan seluruh jiwa raga demi orang ‘miskin’ ?
            Tergelatak mengorbankan seluruh keindahan, dalam nikmat
Siapa salah? Ataukah tiada benar?
Derajat anjing kintamani tak ibasnya seekor belang
Lalu derajat siapakah yang mati?
Penikmat? Ataukah Sang Ratu Malam?
            Baik makna, robek hati menyerutu diasapnya-
            “Aku hanyalah kepulan asap, sesaat sesat sesaat indah, akulah pemberi sedekah kepada fakir miskin berdasi dan jas hitam itu, belang ekornya aku rawat dengan sentuhan obat pemanas”
           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar