Selasa, 13 Desember 2011

KTT ASEAN DARI POLITIK SAMPAI SENI



Para pemimpin negara yang hadir dalam jamuan makan malam tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 ASEAN di Ballroom Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) sangat menarik perhatian, terutama dari sisi penggunaan baju batik sebagai dress code.
Meski tidak semua mengenakan batik, tetap saja status sebagian besar pemimpin negara yang memakai ciri khas Indonesia tersebut akan menaikkan nilai batik "KTT" itu sendiri. Apalagi, seorang Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga bersedia menerima "kewajiban" untuk mengenakan batik dalam acara bertajuk "Voices of Peace" itu.
Tak pelak, nilai batik Indonesia dipastikan akan naik drastis. Bukan hanya itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu optimistis batik corak "KTT" akan menjadi tren tersendiri.
Pada gelaran KTT ini, batik memang memiliki tempat tersendiri di hati para tamu. Secara khusus, Pemerintah Indonesia menempatkan satu ruang di ajang ASEAN Fair 2011, di Peninsula Island serta Hotel Westin, sebagai lokasi untuk memamerkan pelbagai jenis kain dan corak batik Tanah Air. Hal ini bertujuan untuk makin mengenalkan batik ke seluruh dunia dan, lebih dari itu, diharapkan bisa terjadi transaksi perdagangan.
Hal tersebut sudah mencerminkan budaya dan nilai seni yang terkandung dalam konfrensi ini. Terlihat bagaimana para petinggi negara yang didasari ilmu politik ternyata dapat bersinggungan dengan seni. Terbukti dari penggunaan Batik dalam konfrensi tinggi itu.
Selain itu, adapula pelaksanaan festival yang menjajakan berbagai kreativitas serta aktifitas ASEAN, yang menjadi sarana rekreasi kluarga.
Nusa Dua ASEAN Fair menarik perhatian asing sedangkan jumlah pengunjungnya sudah mencapai 40 ribu orang, kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Mereka terdiri dari pengunjung dalam negeri dan luar negeri, sedangkan nilai transaksi yang diraup dari ajang bisnis itu sudah sebesar Rp300 juta.
 
Mari Elka menjelaskan, data itu berdasarkan catatan jumlah pengunjung sejak 1 November 2011 dengan kunjungan terbanyak pada akhir pekan saat pertunjukan musik dan seni digelar.

Selain itu, ASEAN Fair juga menarik minat sejumlah pihak dari luar negeri untuk menjalin kerja sama dengan sejumlah produsen produk-produk lokal. "Saya berharap ASEAN Fair bisa digelar di tempat-tempat lain," kata Mari.

ASEAN Fair adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk menyemarakkan KTT ke-19 ASEAN. ASEAN Fair digelar di Peninsula Island dan Hotel Westin. Keduanya terletak di kawasan Nusa Dua, Bali
           
            ASEAN, lanjutnya, juga semakin diterima oleh masyarakat internasional. Hal ini tercermin dari aksesi Brazil terhadap Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) yang ditandatangani sesaat sebelum Konferensi Pers tersebut diselenggarakan.

           Dalam tiga rangkaian pertemuan tingkat Menlu dua hari terakhir, Marty menjelaskan telah tercapai hasil-hasil yang positif. Ketiga pertemuan tersebut adalah Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Dewan Komunitas Polkam ASEAN dan Pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN.

            Para Menlu menyepakati pembentukan Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ASEAN Institute for Peace and Reconciliation/AIPR), aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir dalam Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Commission), dan kemajuan pembahasan mengenai masalah Laut China Selatan.


            Sejumlah rekomendasi telah disiapkan untuk disampaikan kepada para pemimpin ASEAN yang akan memulai pertemuan pada 17 November 2011. Masalah keketuaan Myanmar pada 2014 dan keinginan Timor Leste menjadi anggota ASEAN adalah beberapa topik yang telah dibahas dan akan diteruskan kepada para pemimpin ASEAN.

            Mengenai Myanmar, para Menlu ASEAN menyambut baik perkembangan positif yang terjadi di negara tersebut sepanjang 2011. Momentum ini perlu terus dijaga dan ditingkatkan, sehingga akan membantu para kepala negara/pemerintahan dalam mengambil kepiutusan terkait keketuaan Myanmar tersebut.

             Sementara mengenai keanggotaan Timor Leste, Marty menyatakan sambutan baik ASEAN atas keinginan tersebut. Dalam KTT nanti, para Menlu akan mengusulkan pembentukan Kelompok Kerja yang akan mempelajari keinginan itu sesuai kriteria dalam pasal 6 Piagam ASEAN.
             KTT ASEAN kali ini memang harus membuahkan sesuatu yang sangat dinangti rakyatnya tidak hanya menjadi momok santapan lezat para wartawan mencerca pemerintah, dan tidak menjadi ajang gengsi semata. Melainkan KTT ASEAN harus lebih dibuat secara berkualitas dalam perdamaian yang dijungjung tinggi.
            Terakait keanggotaan baru, mungkin perlu pertimbangan khusus dalam mengambil sikap. Tentunya organisasi yang berdiri sejak 8 Agustus 1967 ini, tidak dapat mengambil keputusan sembarang. Namun demi kedamaian sesame Negara tetangga, pastinya harus terlaksanakan dengan bijak.
            Konflik yang kini kian merambah ASEAN, mulai dari terror bom, korupsi, perebutan wilayah, politik, ekonomi tentu selaluj mewarnai setiap perjalanan negara asia timur ini. Namun, apakah kepercayaan masyarakat tetap berpegang teguh pada setiap keputusan, kesepakatan yang diambil dari KTT ASEAN ini? hal tersebut perlu ditinjau kembali . Latar belakang berdirinya organisasi ini tentunya berawal dari deklarasi Bangkok sebagai berikut :
1.      Mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
2.      Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.
3.      Meningkatka kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.
4.      Memelihara kerjasama yang erat di tengah –tengah organisasi regional dan internasional yang ada.
5.      Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara.
          Dari dekarasi tersebut dapat disimpulkan bahwa ASEAN haruslah berbedoman dan memegang tegguh visi, demi kelangsungan hidup bersama.
            Hasil kerja keras negara-negara ASEAN (Association of South East Asia Nation)  makin mengukuhkan kawasan Asia Tenggara yang semakin aman, damai, stabil dan jauh dari konflik. ASEAN menjadi bagian dari penyelesaian masalah. Menutup rangkaian pertemuan tingkat Mentri luar negeri ASEAN sebagai persiapan KTT ASEAN ke-19 dan KTT terkait di Bali, Menlu RI Marty M. Natalegawa menyatakan hal tersebut dalam Konferensi Pers. Di tengah-tengah situasi yang sulit di dalam negeri sejumlah negara anggota, namun pada saat yang bersamaan ASEAN mampu mencatat kemajuan.
Hal ini tentu melegakan seluruh lapisan masyarakat yang berada dalam kawasan ASEAN. Belum lagi para penanam modal yang menginvestasikan modalnya di wilayah ASEAN. Berita baik ini sangat berampak positif. Hal ini dapat memper erat tali persaudaraan antara sesama anggota ASEAN, bahkan dapat memajukan perekonomian masing-masing Negara. Ditengah kesulitan ini, sangat diharapkan kebijakan langsung serta ketegasan dari pemerintah pusat terkait penangan dalam pangan,sosial, ekonomi, sosial,budaya.
            ASEAN, lanjutnya, juga semakin diterima oleh masyarakat internasional. Hal ini tercermin dari aksesi Brazil terhadap Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) yang ditandatangani sesaat sebelum Konferensi Pers tersebut diselenggarakan.

           Dalam tiga rangkaian pertemuan tingkat Menlu dua hari terakhir, Marty menjelaskan telah tercapai hasil-hasil yang positif. Ketiga pertemuan tersebut adalah Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Dewan Komunitas Polkam ASEAN dan Pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN.

            Para Menlu menyepakati pembentukan Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ASEAN Institute for Peace and Reconciliation/AIPR), aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir dalam Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Commission), dan kemajuan pembahasan mengenai masalah Laut China Selatan.
Tentunya selain aman, diharapkan kedepannya ASEAN menjadi negara yang berkepribadian politik secara aman, sehingga mampu menumbuhkan aspek seni dalam berpolitik sosial maupun budaya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar