Para pemimpin negara yang hadir dalam jamuan makan malam
tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 ASEAN di Ballroom Bali Nusa
Dua Convention Centre (BNDCC) sangat menarik perhatian, terutama dari sisi
penggunaan baju batik sebagai dress code.
Meski tidak semua mengenakan batik, tetap saja status
sebagian besar pemimpin negara yang memakai ciri khas Indonesia tersebut akan
menaikkan nilai batik "KTT" itu sendiri. Apalagi, seorang Presiden
Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga bersedia menerima "kewajiban"
untuk mengenakan batik dalam acara bertajuk "Voices of Peace" itu.
Tak pelak, nilai batik Indonesia dipastikan akan naik
drastis. Bukan hanya itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka
Pangestu optimistis batik corak "KTT" akan menjadi tren tersendiri.
Pada gelaran KTT ini, batik memang memiliki tempat
tersendiri di hati para tamu. Secara khusus, Pemerintah Indonesia menempatkan
satu ruang di ajang ASEAN Fair 2011, di Peninsula Island serta Hotel Westin,
sebagai lokasi untuk memamerkan pelbagai jenis kain dan corak batik Tanah Air.
Hal ini bertujuan untuk makin mengenalkan batik ke seluruh dunia dan, lebih
dari itu, diharapkan bisa terjadi transaksi perdagangan.
Hal tersebut sudah mencerminkan budaya dan nilai seni yang
terkandung dalam konfrensi ini. Terlihat bagaimana para petinggi negara yang
didasari ilmu politik ternyata dapat bersinggungan dengan seni. Terbukti dari
penggunaan Batik dalam konfrensi tinggi itu.
Selain
itu, adapula pelaksanaan festival yang menjajakan berbagai kreativitas serta
aktifitas ASEAN, yang menjadi sarana rekreasi kluarga.
Nusa
Dua ASEAN Fair menarik perhatian asing sedangkan jumlah pengunjungnya sudah
mencapai 40 ribu orang, kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka
Pangestu di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Mereka terdiri dari pengunjung dalam negeri dan luar negeri, sedangkan nilai transaksi yang diraup dari ajang bisnis itu sudah sebesar Rp300 juta.
Mari Elka menjelaskan, data itu berdasarkan catatan jumlah pengunjung sejak 1 November 2011 dengan kunjungan terbanyak pada akhir pekan saat pertunjukan musik dan seni digelar.
Selain itu, ASEAN Fair juga menarik minat sejumlah pihak dari luar negeri untuk menjalin kerja sama dengan sejumlah produsen produk-produk lokal. "Saya berharap ASEAN Fair bisa digelar di tempat-tempat lain," kata Mari.
ASEAN Fair adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk menyemarakkan KTT ke-19 ASEAN. ASEAN Fair digelar di Peninsula Island dan Hotel Westin. Keduanya terletak di kawasan Nusa Dua, Bali
Mereka terdiri dari pengunjung dalam negeri dan luar negeri, sedangkan nilai transaksi yang diraup dari ajang bisnis itu sudah sebesar Rp300 juta.
Mari Elka menjelaskan, data itu berdasarkan catatan jumlah pengunjung sejak 1 November 2011 dengan kunjungan terbanyak pada akhir pekan saat pertunjukan musik dan seni digelar.
Selain itu, ASEAN Fair juga menarik minat sejumlah pihak dari luar negeri untuk menjalin kerja sama dengan sejumlah produsen produk-produk lokal. "Saya berharap ASEAN Fair bisa digelar di tempat-tempat lain," kata Mari.
ASEAN Fair adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk menyemarakkan KTT ke-19 ASEAN. ASEAN Fair digelar di Peninsula Island dan Hotel Westin. Keduanya terletak di kawasan Nusa Dua, Bali
ASEAN,
lanjutnya, juga semakin diterima oleh masyarakat internasional. Hal ini
tercermin dari aksesi Brazil terhadap Traktat Persahabatan dan Kerjasama
(Treaty of Amity and Cooperation) yang ditandatangani sesaat sebelum Konferensi
Pers tersebut diselenggarakan.
Dalam tiga rangkaian pertemuan tingkat Menlu dua hari terakhir, Marty menjelaskan telah tercapai hasil-hasil yang positif. Ketiga pertemuan tersebut adalah Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Dewan Komunitas Polkam ASEAN dan Pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN.
Para Menlu menyepakati pembentukan Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ASEAN Institute for Peace and Reconciliation/AIPR), aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir dalam Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Commission), dan kemajuan pembahasan mengenai masalah Laut China Selatan.
Dalam tiga rangkaian pertemuan tingkat Menlu dua hari terakhir, Marty menjelaskan telah tercapai hasil-hasil yang positif. Ketiga pertemuan tersebut adalah Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Dewan Komunitas Polkam ASEAN dan Pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN.
Para Menlu menyepakati pembentukan Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ASEAN Institute for Peace and Reconciliation/AIPR), aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir dalam Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Commission), dan kemajuan pembahasan mengenai masalah Laut China Selatan.
Sejumlah rekomendasi telah disiapkan untuk disampaikan kepada para pemimpin ASEAN yang akan memulai pertemuan pada 17 November 2011. Masalah keketuaan Myanmar pada 2014 dan keinginan Timor Leste menjadi anggota ASEAN adalah beberapa topik yang telah dibahas dan akan diteruskan kepada para pemimpin ASEAN.
Mengenai Myanmar, para Menlu ASEAN menyambut baik perkembangan positif yang terjadi di negara tersebut sepanjang 2011. Momentum ini perlu terus dijaga dan ditingkatkan, sehingga akan membantu para kepala negara/pemerintahan dalam mengambil kepiutusan terkait keketuaan Myanmar tersebut.
Sementara mengenai keanggotaan Timor Leste, Marty menyatakan sambutan baik ASEAN atas keinginan tersebut. Dalam KTT nanti, para Menlu akan mengusulkan pembentukan Kelompok Kerja yang akan mempelajari keinginan itu sesuai kriteria dalam pasal 6 Piagam ASEAN.
KTT ASEAN kali ini memang harus
membuahkan sesuatu yang sangat dinangti rakyatnya tidak hanya menjadi momok
santapan lezat para wartawan mencerca pemerintah, dan tidak menjadi ajang
gengsi semata. Melainkan KTT ASEAN harus lebih dibuat secara berkualitas dalam
perdamaian yang dijungjung tinggi.
Terakait
keanggotaan baru, mungkin perlu pertimbangan khusus dalam mengambil sikap.
Tentunya organisasi yang berdiri sejak 8 Agustus 1967 ini, tidak dapat
mengambil keputusan sembarang. Namun demi kedamaian sesame Negara tetangga,
pastinya harus terlaksanakan dengan bijak.
Konflik
yang kini kian merambah ASEAN, mulai dari terror bom, korupsi, perebutan
wilayah, politik, ekonomi tentu selaluj mewarnai setiap perjalanan negara asia
timur ini. Namun, apakah kepercayaan masyarakat tetap berpegang teguh pada
setiap keputusan, kesepakatan yang diambil dari KTT ASEAN ini? hal tersebut
perlu ditinjau kembali . Latar belakang berdirinya organisasi ini tentunya
berawal dari deklarasi Bangkok sebagai berikut :
1. Mempercepat
pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia
Tenggara.
2. Meningkatkan
perdamaian dan stabilitas regional.
3. Meningkatka
kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi,
sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.
4. Memelihara
kerjasama yang erat di tengah –tengah organisasi regional dan internasional
yang ada.
5. Meningkatkan
kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia
Tenggara.
Dari dekarasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa ASEAN haruslah berbedoman dan memegang tegguh visi, demi
kelangsungan hidup bersama.
Hasil kerja keras negara-negara
ASEAN (Association of South East Asia Nation) makin mengukuhkan kawasan Asia Tenggara yang
semakin aman, damai, stabil dan jauh dari konflik. ASEAN menjadi bagian dari
penyelesaian masalah. Menutup rangkaian pertemuan tingkat Mentri luar negeri
ASEAN sebagai persiapan KTT ASEAN ke-19 dan KTT terkait di Bali, Menlu RI Marty
M. Natalegawa menyatakan hal tersebut dalam Konferensi Pers. Di tengah-tengah
situasi yang sulit di dalam negeri sejumlah negara anggota, namun pada saat
yang bersamaan ASEAN mampu mencatat kemajuan.
Hal ini tentu
melegakan seluruh lapisan masyarakat yang berada dalam kawasan ASEAN. Belum
lagi para penanam modal yang menginvestasikan modalnya di wilayah ASEAN. Berita
baik ini sangat berampak positif. Hal ini dapat memper erat tali persaudaraan
antara sesama anggota ASEAN, bahkan dapat memajukan perekonomian masing-masing
Negara. Ditengah kesulitan ini, sangat diharapkan kebijakan langsung serta
ketegasan dari pemerintah pusat terkait penangan dalam pangan,sosial, ekonomi,
sosial,budaya.
ASEAN, lanjutnya, juga semakin
diterima oleh masyarakat internasional. Hal ini tercermin dari aksesi Brazil
terhadap Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation)
yang ditandatangani sesaat sebelum Konferensi Pers tersebut diselenggarakan.
Dalam tiga rangkaian pertemuan tingkat Menlu dua hari terakhir, Marty menjelaskan telah tercapai hasil-hasil yang positif. Ketiga pertemuan tersebut adalah Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Dewan Komunitas Polkam ASEAN dan Pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN.
Para Menlu menyepakati pembentukan Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ASEAN Institute for Peace and Reconciliation/AIPR), aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir dalam Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Commission), dan kemajuan pembahasan mengenai masalah Laut China Selatan.
Dalam tiga rangkaian pertemuan tingkat Menlu dua hari terakhir, Marty menjelaskan telah tercapai hasil-hasil yang positif. Ketiga pertemuan tersebut adalah Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Dewan Komunitas Polkam ASEAN dan Pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN.
Para Menlu menyepakati pembentukan Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ASEAN Institute for Peace and Reconciliation/AIPR), aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir dalam Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Commission), dan kemajuan pembahasan mengenai masalah Laut China Selatan.
Tentunya
selain aman, diharapkan kedepannya ASEAN menjadi negara yang berkepribadian
politik secara aman, sehingga mampu menumbuhkan aspek seni dalam berpolitik
sosial maupun budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar