Selasa, 13 Desember 2011

resensi buku - Andrea Hirata


Judul Buku                  :  Padang Bulan – Cinta di Dalam Gelas
Penulis                        
Andrea Hirata
Penerbit                       :  Bentang Pustaka
Jumlah Halaman          :  524 Halaman

Sebuah novel dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas  karya Andrea Hirata merupakan novel yang dapat menggugah selera pembaca dalam menelisik setiap arti cerita ataupun gaya bahasa yang dipergunakan. Seperti novel – novel sebelumnya, dwilogi ini masih kental dengan adat Belitong serta sepak terjang Maryamah digambarkan dengan jelas bukan hanya sekilas seperti dalam Maryamah Karpov . Jika dibandingkan dengan tetralogi sebelumnya, dwilogi ini terasa lebih lentur dalam menginterpretasikan. Andrea membebaskan dirinya untuk bermain-main dengan bahasa yang lebih berani.
Novel ini mengishkan cinta Ikal dan Aling (tokoh pada trilogi Lakar pelangi). Namun diawali dengan memperkenalkan sosok Enong (nama panggilam Maryamah, panggilan. Siswa kelas enam SD dan selalu menjadi juara kelas sejak kelas satu. Pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris. Perjalanan Enong) berawal dari keterbatasannya perekonomian serta kejamnya kehidupan. Zamzami (Ayah Maryamah) berusaha yang terbaik untuk pendidikan sang anak. Sampai halnya Zamzami dapat membelikan Enong sebuah Kamus Bahasa Inggris bekas .
Keterpurukan Enong bermula saat Zamzami meninggal dunia. Namun Enong bersama Syalimah (Ibu Enong) harus teteap hidup demi adik-adiknya serta masa depannya. Dengan bermodalkan tekad ingin menguasai Bahasa Inggris, Enong mencari uang untuk biaya kursus, ataupun sekolahnya. Usaha Enong sangat terlihat jelas pada mozaik 32 . Enong mencoba menulis puisi berbahasa inggris yang ia terjemahkan dari puisi Ikal . Tidak siasia puisi ini ,mendapat nilai Excellent. Puisi yang berjudul Moon Over My Obscure Little Town (Bulan di atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman), merupakan percikan dari perjalanan kisah cinta Ikal dan Aling. Enong beteman baik dengan Ikal pertemuan mereka berawal di sebuah kantor pos. Enong tak jarang membantu Ikal dalam mengatasi kisah cintanya. Tokoh Detektif M. Nur yang terobsesi dengan rahasia, spionase, mengintai, menyamar, menyelinap, dan mengendap-endap. Sakit gila nomor 31 dan memiliki burung peliharaan bernama Jose Rizal ini, turut menjadi bagaian dari perjalanan Ikal dan Enong. Ikal sangat mencintai Aling cintanya membawa dalam kegilaan dan kesengsaraan yang tak terbayangkan. Demi meraih (kembali) cinta A Ling, segala upaya dilakukan, tak memperdulikan bahaya hingga menyakiti diri sendiri atau orang lain, menjadi bagaian unik dalam novel ini.
Dwilogi ini masih mengusung tema pergulatan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam mengatasi kesulitan hidup. Dia yang sudah miskin secara struktural menjadi lebih terhimpit lagi ketika nasib tidak berpihak kepada dirinya. Ketika sandaran hidup mereka justru menginggalkan mereka maka dialah yang harus berjuang untuk melepaskan atau menahan himpitan kemiskinan tersebut.
Hebatnya diantara pergulatan melawan himpitan kemiskinan tersebut dia masih memiliki resolusi hidup atau semacam life list (hal-hal penting yang ingin mereka capai dalam hidup) yang justeru melampaui status/kondisi sosialnya. Bayangkan seorang penambang timah tradisional memiliki keinginan dan kegigihan yang tinggi untuk belajar Bahasa Inggris. Meskipun untuk itu dia harus menempuh jarak sejauh 100 km di akhir pekan ke tempat kursus.
Bagi mereka yang belum pernah membaca Laskar Pelangi beberapa bab/mosaik akan terasa membingungkan karena dia memakai alur balik. Beberapa bab/mosaik itu menceritakan saat-saat Ikal masih bersekolah di Sekolah Dasar.
Novel yang hendak memotret kehidupan orang Melayu (Belitong). Hal itu tergambar secara sempurna dalam novel kedua Cinta di Dalam Gelas. Orang Melayu yang memiliki budaya lisan sangat tinggi menemukan tempat yang pas untuk “melestarikan” budaya tersebut di warung kopi. Lihatlah bagaimana penasarannya seorang isteri tentang rasa kopi dari warung kopi yang katanya lebih enak dari kopi buatannya.  Kemudian diam-diam dia membeli kopi dari warung kopi dan membawanya pulang dengan harapan suaminya tidak ngopi di warung. Tapi apa kata suaminya, kopi tersebut tidak seenak kopi buatan warung kopi.
Di novel kedua inilah Maryamah mendapatkan nama belakang Karpov karena memakai metode pertahanan permainan catur ala Anatoly Karpov. Maryamah memakai permainan catur sebagai medium perlawanan terhadap hegemoni atau kesewenang-wenangan beberapa orang (lelaki) terhadap dirinya  di masa lalu. Kesewenang-wenangan yang mengakibatkan trauma berkepanjangan dalam hidupnya. Dengan kemenangan dari permainan catur itulah Maryamah mengusir trauma yang menghantui hidupnya sekian lama.
            Jika ditelaah novel-novel karya Andrea Hirata ini banyak memuat tentang makna kehidupan yang bercorak cinta,perjuangan,keikhlasan,kesederhanaan,budaya serta sosialitas. Dalam dwilogi ini tak jarang setiap bab/mozaik mempunyai makna dalam setiap susunan bahasanya. Semua lapisan masyarakat dapat membaca novel ini . Karena pantas dijadikan acuan membuka tabir sastra yang dapat memotivasi diri.
”Kopi, sebuah kisah di dalam gelas” Cinta di Dalam Gelas
Sacrifice, honesty, and freedom” Padang Bulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar